Catatan Senja

Salah satu ciptaan Allah yang tak pernah henti untuk ku kagumi adalah senja. Semburat jingga di cakrawala menawarkan obat atas segala gundah gulana. Kadang cahayanya yang menyentuh mega, membuat imaji liar berkelana. Cerita indah hadir disana, walau kadang lebih sering teringat cerita lara. Sendiri atau bersama, tak pernah menghentikanku mengagumi senja.


Senja kali ini tentangmu, pria...
Seseorang yang tiba-tiba meminta nomer hp ku pada mama. Langsung meminta ijin untuk menjalin cinta. Padahal kau tau aku hanya lewat nama. Tanpa sekalipun bertatap muka. Namun keyakinanmu begitu nyata. Membuatku jatuh cinta.

Hai, ingatkah kau saat kita menangis bersama? Saat senja menyapa, saat badai pertama kita terima. Walau saat itu jarak masih memisahkan kita, namun fitnah menyapa kita bersama. Pontang panting kita mencari cara menyelesaikannya. Saat itu kita hanya bersua via suara. Menjelaskan ke berbagai pihak tentang cinta kita. Tekad untuk bersama. Meskipun mengenal tal begitu lama. Kita percaya akan kekuatan cinta...

Hai kamu yang berkacamata. Ingatkah saat senja di kota Jogjakarta? Setelah pertama kita bersua, kau mengajakku kesana. Menikmati Kebun Binatang Gembira Loka, menyusuri Malioboro dan akhirnya sampai di Alun-Alun Utara. Lagi, melihat semburat jingga disana. Hati bahagia, namun sekejap saja. Karena esok aku harus pergi ke Juanda. Semua gelisah ini tak menghalangi kita menikmati senja.

Tahukah kau saat ku rasakan rindu kedua? Lebih berat dari yang pertama. Lebih menyiksa. Di setiap sudut tempat ini ada bayangmu disana. Mengingatkan kita pernah bersama, walau kini terpisah hamparan Laut Jawa.

Takdirpun menyatukan kita. Januari 2011 kita resmi bersama. Merajut cinta mengisi hidup dengan cerita. Tentunya tetap menikmati senja. Selamanya, semoga...


Haaiii....aku coba menulis cerita senja. Semoga suka. Kritik saran tetap kutunggu. Next, kubuat lanjutannya, insyaAllah....