Selasa, 02 Juni 2020

Aku Cireng

Hai, namaku Cireng. Biasa dipanggil Ci. Aku anak pertama. Dua adikku perempuan namanya Ang (baca: eng) dan Bel. Kami terlahir setelah subuh.
Saat cuaca gerimis, katanya kami lahir.
Sekarang kami sudah semakin besar. Kami makan nasi tiga kali sehari dengan lauk kesukaan yaitu ikan asin. Mulanya kami sangat menyukai ikan asin goreng, lama kelamaan rasanya jadi terlalu asin. Mungkin efek dari minyak yang digunakan bolak balik untuk menggoreng ikan asin. Jadi sisa-sisa asinnya terkumpul dan akhirnya meningkatkan rasa ikan menjadi sangat asin.
Jadilah akhir-akhir ini kami memakan ikan asin yang sudah direndam dulu baru digoreng. Rasanya yummy...
Apalagi dari dulu aku paling banyak makan. Setelah ikan asinnya direndam, selera makanku naik berkali lipat. Jika biasa satu porsi kami makan berulang, sekarang satu porsi nasi dan ikan asin benar-benar bisa kami habiskan dalam sekali makan. Tentunya aku yang paling banyak makan. Maka tak heran jika perutku membuncit. Sampai-sampai ada yang mengira aku hamil, padahal kan aku laki-laki.
Kami bukan hanya makan nasi dan ikan asin. Kadang kami makan daging ayam. Cuma setiap ketemu dengan tulang, aku selalu menyerah. Tulang terlalu keras digigit. Kalau tulangnya yang kecil, aku tak masalah. Tapi jika tulang paha, aku benar-benar tidak bisa. Rasanya gigiku bakal lepas kalau kupaksa makan itu. Tulang yang besar akan menjadi jatah adikku Bel. Aku akan tetap menyukai nasi dan ikan asin yang sudah tidak asin saja. Lebih mudah dimakan dan tidak menyakitkan buat gigiku.
Selain daging ayam dan ikan asin, kadang juga kami makan ikan hidup. Tapi jika makan ikan hidup, aku paling malas untuk menangkap atau membunuhnya. Aku lebih suka menunggu yang siap makan saja. Urusan menangkap dan membunuh itu kerjaan adikku, si Bel.
Jika malam tiba, kami bertiga akan bersiap untuk mendapatkan snack. Aku tak tahu namanya apa, cuma bentuknya kecil dan rasanya renyah gurih. Ini menjadi makanan favorit kami. Sekenyang apapun perut kami, pasti akan kami habiskan jika ada snack ini. Sayangnya kami hanya mendapat jatah ini sehari sekali. Andai setiap saat dapat snack ini...hehe...
Eh, sampai lupa menjelaskan bahwa kami adalah anak kucing. Ibu kami adalah kucing dengan tiga warna yang jika orang Jawa biasa menyebut dengan kucing Telon. Kami belum pernah mendengar cerita kenapa ibu kami bernama Temon, bukan Telon. Dan inilah kisah kami...
Tunggu lanjutannya ya....
Terima kasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aryanta

 Kata Aryanta bermakna tegas, pendirian kuat, cenderung kaku dan keras kepala. Karena ada makna negatif, maka kami tambahkan nama Damar dala...