Malam ini kami akan mendapatkan pencerahan dan motivasi menulis dari bapak Akbar Zainudin . Beliau penulis buku best seller manjadda wajada. Kuliah malam ini akan dimoderatori bu Kanjeng.
Pekerjaan pak Akbar sehari-hari adalah mengajar. Memang tidak ada lembaga tetap, karena mengajar di berbagai lembaga sebagai trainer. Terkadang mengajar di sekolah, pesantren, perguruan tinggi, instansi pemerintah, dan juga swasta. Materi yang dikuasai berkisar pada motivasi; motivasi belajar, motivasi menulis, motivasi bekerja, motivasi mengajar, motivasi berwirausaha, dan motivasi hidup.
Salah satu titik penting perubahan beliau adalah pada saat menulis buku yang pertama, "Man Jadda Wajada". Dari situ beliau bergerak lebih jauh mengembangkan Man Jadda Wajada menjadi buku dan materi pelatihan.
Dari Man Jadda Wajada inilah akhirnya yang membuat beliau bisa berkeliling ke-33 Provinsi di Indonesia. Satu provinsi yang belum adalah Papua. Mudah-mudahan setelah pandemi ini selesai, kita bisa bersilaturahim.
Yang akan dishare malam ini adalah "Langkah-Langkah dalam Menulis Buku", berdasarkan pengalaman menulis 13 buku selama ini. Mudah-mudahan bermanfaat.
LANGKAH-LANGKAH MENULIS BUKU.
Ada Enam langkah yang sudah diringkas materinya menjadi singkatan TOJTRP: Tema, Outline, Jadwal, Tulis, Revisi, Penerbit.
Langkah pertama adalah T. Tentukan TEMA tulisan. Setiap buku harus punya tema besar, baik buku fiksi maupun non fiksi. Tema akan menjadi rel yang mengikat kita dari awal tulisan hingga akhir. Tema ini satu saja. Misalnya kerja keras, romantisme, cara belajar, dan sebagainya. Kalau buku beliau kebanyakan adalah buku-buku motivasi. Kalau buku Asma Nadia, Novel. Ahmad Fuadi, Novel te”ntang pesantren dan kerja keras. Dan sebagainya. Bolehkah satu orang menulis berbagai tema buku? Menurut pak Akbar, karena ini terkait dengan “branding”, berusahalah untuk fokus menulis satu tema tertentu, agar kita dikenal ahli dalam tema tersebut. Kalau temanya berubah-ubah, nanti orang bingung, kita ini sebenarnya ahli dalam bidang apa?
Langkah kedua adalah O. Buatlah OUTLINE atau DAFTAR ISI.
Gunanya outline:
1. Agar tulisan kita terarah.
2. Bisa buat jadwal dan target.
3. Menghindari "ngeblank" pada saat menulis.
4. Agar bukunya selesai.
Kalau tidak ada daftar isi, akan sulit bukunya bisa selesai. Inilah salah satu hal penting yang sering diabaikan orang. Merasa sudah tahu apa yang ditulis, akhirnya tidak ada outline dan langsung menulis. Akibatnya, tulisannya tidak terarah, “melenceng” dan “lari” ke mana-mana, tidak tahu jalan akhirnya. Bukunya akan selesai? Tentu tidak. Banyak ide itu bagus, tetapi yang jauh lebih bagus adalah ide yang difokuskan. Cara memfokuskan ide adalah dengan membuat outline.
HOW: Bagaimana
Cara Mengembangkan Daftar Isi (outline)
UNTUK BUKU NON FIKSI
1. Gunakan prinsip dasar 5W dan 1H.
WHAT:
Ini terkait pengertian, definisi, pembagian, jenis-jenis, dan sebagainya.
WHY:
Ini adalah tentang alasan (mengapa) buku ini ditulis, tujuannya apa dan manaatnya apa.
HOW
How ini berbicara tentang bagaimana, tips and trick, strategi, langkah-langkah, dan sebagainya.
Untuk 2 W yang lain, yaitu Where dan When bisa tidak digunakan.
CONTOH.
Tema: Santri dan Menulis
WHAT
1. Santri dan keterampilan menulis.
2. Keterampilan apa saja yang dibutuhkan agar bisa menulis.
3. Para ulama dan karya mereka dari masa lampau.
4. dan seterusnya.
MENGAPA?
1. Mengapa Santri Harus Menulis?
2. Tujuan Menulis.
3. Tantangan Mengapa Santri Harus Bisa Menulis.
4. dan seterusnya.
HOW?
1. Bagaimana cara menulis?
2. Bagaimana membangun disiplin menulis?
3. Tips and Tricks Menjadi Penulis.
4. dan seterusnya.
BAGAIMANA MEMBUAT OUTLINE UNTUK BUKU FIKSI?
Pertama: WHO? Siapa saja tokoh-tokohnya.
Tentukan tokoh-tokoh yang akan menjadi bagian dari cerita.
Misalnya, ayah, ibu, teman, guru, dan sebagainya.
Kedua: Karakter.
Gambarkan profil setiap tokoh dengan sifatnya masing-masing.
Ketiga: Plot atau Alur Cerita.
Gambarkan alur cerita dari awal hingga akhir. Potongan ceritanya seperti apa. Di mana akan membangun cerita emosionalnya, di mana sedihnya, di mana senangnya. Terus ending cerita seperti apa, apakah happy ending, sad ending, dan sebagainya.
Membuat outline ini bisa langsung dituliskan outlinenya atau bisa dengan beberapa alat bantu. Biasanya pak Akbar menggunakan mindmap untuk membantu membuat daftar isi.
Apakah wajib? Tidak harus. Tetapi kalau bagi beliau, ini harus ada. Biar ada rel ke mana tulisan kita, biar selalu ada arah kalau kita menemui jalan buntu, dan ini yang paling penting; bisa membuat jadwal agar buku cepat selesai.
CONTOH OUTLINE
Saya ingin memberi contoh buku saya: "Man Jadda Wajada".
Buku ini adalah buku dengan tema motivasi umum, motivasi hidup.
Saya kembali ke konsep dasar 5W dan 1H.
Biasanya saya mulai dengan WHY. Kalau terkait motivasi, penjabaran tentang WHY bisa digambarkan sebagai berikut:
1. Mengapa motivasi itu penting dalam hidup.
2. Motivasi apa yang membuat orang tergerak untuk berubah.
3. Apa tujuan hidup seseorang?
4. Mengapa orang harus berubah?
5. Darimana perubahan itu bisa dimulai?
6. Apa saja yang harus diubah?
Setelah WHY, hal kedua yang terpikir adalah WHAT.
Hal-hal yang terpikir dalam kategori WHAT adalah:
1. Apa itu sukses?
2. Langkah-langkah apa saja yang harus dijalani agar kita bisa sukses?
3. Potensi diri, kelebihan dan kekurangan.
4. Memahami bahwa sukses itu bisa kita dapatkan.
Setelah WHY, hal ketiga yang saya coba jabarkan adalah HOW. Ini tentang bagaimana, strategi, langkah-langkah, tips & Trick, dan juga action.
Penjabarannya:
1. Bagaimana bermimpi besar.
2. Bagaimana membuat rencana (action plan).
3. Bagaimana berani memulai.
4. Menjadi kreatif.
5. Membangun momentum berubah.
6. Kapan harus memulai?
Nah, ketiga hal itulah yang akhirnya menjadi dasar outline buku saya "Man Jadda Wajada"
MASIH TENTANG OUTLINE
Buku lain yang ingin saya bedah Daftar Isinya adalah buku "Ketika Sukses Berawal dari Pesantren". Target buku ini adalah para santri, umur SMP dan SMA.
Karena itu, buku ini harus sederhana, ringan, bisa dibaca oleh pembaca dalam rentang umur tersebut, dan tetap bobot isinya tinggi.
Saya mulai dengan cara yang sama; menguraikan WHAT, WHY, dan HOW.
1. Apa itu sukses.
2. Apakah bisa anak pesantren itu sukses?
3. Kisah-kisah sukses alumni pesantren.
4. Sukses itu apa menurut pesantren?
5. Bagaimana caranya agar kita sukses?
6. Apa yang harus kita lakukan mulai dari sekarang?
Dari poin-poin itu saya jabarkan lebih detail lagi menjadi daftar isi yang cukup lengkap. Daftar isi ini lalu saya tuliskan satu per satu, maka jadilah buku "Ketika Sukses Berawal dari Pesantren".
Buku ini alhamdulillah sekarang sudah terjual lebih dari 25.000 eksemplar di seluruh Indonesia.
Langkah ketiga adalah J. Buatlah jadwal penulisan.
Kalau daftar isi sudah dibuat, misalnya ada 30 judul artikel atau plot cerita, mulailah membuat jadwal secara riil. Katakan 1 tulisan jadwalnya seminggu selesai, buatlah jadwalnya dari 30 tulisan itu kapan mau selesai. Dengan kita membuat jadwal, maka akan memudahkan kita untuk mengontrol dan mengevaluasi dari hasil tulisan kita.
CARA MEMBUAT JADWAL.
1. Buatlah tabel dengan 4 kolom, yang berisi No-Judul Artikel-Target Lama Menulis-Tanggal-Keterangan
2. Isi Nomer
3. Isi Judul Artikel
4. Perkirakan Berapa Lama (Berapa Hari) Artikel akan Ditulis
5. Buat sesuai dengan tanggal yang ada saat ini.
6. Isi Keterangan dengan apakah sudah selesai ditulis atau belum.
Jadwal menulis ini menentukan. Kalau ada jadwal, kita bisa mengacu pada jadwal tersebut dan bisa mendisiplinkan diri sendiri.
Karena kita tahu di mana akhirnya, kapan draft naskah kita akan selesai. Kalau tidak ada jadwal, kita tidak pernah tahu perkiraan draft naskah kita kapan selesai.
Langkah keempat adalah T. Tuliskan.
Outline sudah ada, jadwal juga sudah ada. Berikutnya adalah tuliskan sesuai outline dan jadwalnya.
Di sini, disiplin diri dan komitmen yang akan menentukan apakah tulisan kita akan selesai atau tidak.
Tulis dan selesaikan semua judul artikel terlebih dahulu. Jangan terpaku untuk satu tulisan sampai sempurna.
Langkah kelima adalah R, REVISI.
Revisilah tulisan kalau semua draft tulisan sudah selesai. Jangan terpaku hanya satu judul sampai sempurna.
Kalau kurang-kurang sedikit, tidak apa-apa. Tahap pertama adalah menyelesaikan semua draft buku.
Tahap kedua, baru revisi. Apa saja yang direvisi?
1. Data dan informasi yang kurang.
2. Tata Bahasa
3. Gaya Tulisan. Disamakan dari awal hingga akhir.
4. Judul-judul artikel. Buatlah judul-judul yang menarik.
Langkah keenam adalah kirim ke penerbit.
Apa yang menadi pertimbangan penerbit?
Paling utama adalah bukunya laku atau tidak. Ini menyangkut kebutuhan masyarakat pembaca.
Apakah pembaca butuh buku kita?
Siapa yang butuh? Berapa banyak orang yang butuh?
Buku kita menjawab kebutuhan apa?
Semakin besar kebutuhan masyarakat akan buku kita, maka peluang diterbitkan semakin besar.
Karena itu, sebagai penulis kita mesti memahami buku kita siapa yang akan beli, dan siapa yang kira-kira akan baca.
Hal kedua adalah apa yang bisa membedakan buku kita dari buku sejenis.
Apa kelebihan kita dibandingkan dengan buku sejenis?
Kita harus mampu menjawab pertanyaan ini. Karena hal itu yang akan menjadi pertanyaan dan juga pertimbangan penerbit.
Ketiga, pertanyaan penerbit adalah, apa yang akan Anda lakukan untuk membantu pemasaran buku?
Harus punya jawabannya. Misalnya iklan di Medsos, Seminar, Pelatihan, Diskusi Buku, Membangun Komunitas, Dan Sebagainya.
Apakah perlu membayar kepada penerbit?
Kita tidak perlu membayar ke penerbit. Bahkan kita mendapatkan uang ROYALTI. Rata-rata royalti adalah 10% dari buku yang terjual.
Bagaimana cara mengirim naskah?
1. Naskah harus sudah jadi.
2. Diprint, dikirim dengan hard copy dan soft copy dalam bentuk CD atau Flash Disk
Berapa lama?
Kabar diterima atau tidak sekitar 3 bulan.
[20/7 19:53] +62 856-9703-5117: Demikian materi kita pada malam hari ini. Terima kasih untuk perhatiannya. Saya kembalikan waktu kepada moderator.
[20/7 20:01] Astutiana Solo: 1 Izin bertanya Bunda:
Apakah buku Man Jada Wa Jada ada pengalaman pribadi atau pengamatan? Berapa persen pengalaman hidup menginspirasi sebuah buku. Terima kasih Ai S Dewi SMPN 1 Cibogo
[20/7 20:05] +62 856-9703-5117: JAWABAN
Terima kasih ibu Dewi.
Buku saya adalah buku motivasi. Sajian buku motivasi itu biasanya ada pemikiran atau teorinya, terus ada cerita inspirasinya, dan ada kesimpulan atau kaitannya.
Nah, cerita inspirasi itu banyak dari pengalaman pribadi dan juga dari pengalaman teman-teman. Kalau ditanya berapa banyak, saya kira cukup banyak. Mungkin sekitar 30-60 persen pengalaman pribadi itu menginspirasi tulisan kita.
Apalagi kalau novel yang diangkat dari kisah nyata. Bisa jadi hingga 80% kisahnya berdasarkan pengalaman pribadi.
Pengalaman akan selalu memberi inspirasi dan pelajaran hidup yang luar biasa jika dituliskan.
Demikian, Terima kasih ibu Dewi.
[20/7 20:07] Astutiana Solo: 2. Bahrudin dari Rembang, mau tanyaf
1. Apakah jadwal penulisan itu harus ada target atau lepas?
2. Jika sudah dijadwal dan ada target, ternyata endingnya melebihi target, bagaimana menyikapinya?
terima kasih.
[20/7 20:14] +62 856-9703-5117: Terima kasih Pak Bahruddin.
1. Jadwal itu tergantung Bapak, apakah bukunya mau cepat selesai atau tidak. Kalau mau cepat selesai, jadwal harus ketat. Sesuaikan dengan kegiatan kita. Jangan terlalu memaksakan.
Misalnya; kalau 1 buku ada 30 artikel, kira-kira setiap artikel bisa berapa hari selesai. Yang moderat biasanya sekitar 7-10 hari untuk satu artikel.
Jangan terlalu mepet waktunya, satu artikel dijadwalkan 1-3 hari. Nanti kita tidak menikmati tulisan kita. Kecuali kita memang mau "ngebut".
Saya pernah juga "ngebut" karena mau mengejar deadline pribadi.
Jadi, jadwal tergantung Bapak Ibu. Apakah bukunya mau diselesaikan cepat atau terserah saja.
2. Kalau melebihi target, ya tidak masalah. Kan target itu kita yang bikin. Yang penting adalah membuat bukunya selesai. Kalau misalnya telat beberapa hari, mohon dimaafkan diri sendiri Bapak. ππ
Kecuali, Bapak menulis untuk penerbit yang sudah ada perjanjiannya, maka harus benar-benar sesuai target.
Kalau saya sih, sekali jadwal dibuat, itu adalah komitmen yang harus saya ikuti. Kalau kita tidak mendisiplinkan diri sendiri, kapan mau selesai bukunya?
Demikian, semoga menjawab.
Terima kasih Pak Bahrudin.
[20/7 20:15] Astutiana Solo: 3.Menarik sekali motivasi dr Bapak, terimakasih atas ilmunya...
Menentukan tema kadang masih terlalu luas cakupannya, kadang kita tidak bisa fokus pada satu permasalahan, bagaimana kita bisa memusatkan pikiran kita pada satu tema saja?
[20/7 20:20] +62 856-9703-5117: Terima kasih untuk pertanyaan yang tidak ada namanya dari siapa ini. ππ
Mengapa kita ragu memilih tema?
1. Takut tema ini sudah ada yang menulis.
2. Takut nanti di tengah jalan menemui "jalan buntu".
3. Takut tidak ada referensinya.
4. Takut tidak menarik.
Bapak ibu sekalian. Pilihlah tema:
1. Yang kita kuasai,
2. Yang kita senangi.
Kalaupun tidak kita kuasai sekarang, kalau kita senangi kita akan mau bekerja keras mencari bahan-bahan yang bisa buat kita tulis. Apakah ke perpustakaan, mencari di internet, bertanya dengan para ahli, dan sebagainya.
Tentukan saja temanya, buat kerangkanya, dan mulailah menulis. Ketakutan-ketakutan itu seringkali hanya ada pada pikiran kita.
Kalau sudah kita mulai menulis, InsyaAllah ketakutan-ketakutan itu akan hilang.
Pasti ada jalan keluar.
Jadi, tidak usah bingung menentukan tema. Tentukan saja, lalu tuliskan.
Demikian, terima kasih.
[20/7 20:22] Astutiana Solo: 5.Tanya :
Sebagai penuli pemula gimana caranya menjaga konsistensi supaya tidak kehabisan ide? (Hani-bali)
[20/7 20:24] +62 856-9703-5117: Terima kasih, pertanyaan baik sekali Ibu Hani.
Agar konsisten dan tidak kehabisan ide.
1. Banyak baca buku.
2. Latihan menulis setiap hari. Jadwalkan setiap hari menulis 15 menit saja. Disiplin. Nanti akan terlatih untuk bisa menuliskan berbagai ide secara baik.
3. Ikut seminar dan pelatihan.
4. Upload tulisan di blog dan medsos.
5. Punya mentor menulis.
Demikian ibu Hani, silakan dicoba dipraktikkan. Kalau sudah 21 hari berturut-turut bisa praktik, nanti akan terasa hasilnya.
Terima kasih.
[20/7 20:27] Astutiana Solo: 6.Selamat malam Akbar Z
Perkenalkan saya ibu Aning S dari Pati ...gel 12
Apakah ada manfaatnya bagi penulis pemula di usia yang sudah senja... untuk apa saja manfaat menulis bagi manula?
Terima kasih
[20/7 20:35] +62 856-9703-5117: Selamat malam ibu Aning.
Saya harus cerita, ada beberapa peserta mentoring saya dalam membuat buku, sebagian ada yang di atas 50 tahun. Dan apa yang terjadi, ternyata mereka jauh lebih bersemangat, dan setiap minggu setor tulisan lebih disiplin dibandingkan dengan yang muda-muda.
Mengapa mesti menulis?
1. Tidak ada kegiatan yang langsung berkaitan dengan kemampuan mempertahankan otak kita selain membaca dan menulis.
2. Menulis adalah tentang kebahagiaan. Kalau kita tumpahkan semuanya dalam tulisan, indah sekali hidup ini.
3. Menulis buku itu warisan terbaik kita. Di situ kita bisa cerita apa saja. Harapan kita, "unek-unek" perasaan kita. Bebas saja menulisnya.
4. Menulis adalah tentang berbagi kebaikan. Jika kebaikan itu bisa dibagi, terus menerus dibaca orang, kebaikan itu akan terus menjadi pahala, bahkan kalau nanti kita sudah tiada.
5. Menulis itu membuat kita lebih sehat. Kita setiap hari bangun dengan semangat baru, ada target baru yang harus kita selesaikan. Apalagi yang menyenangkan hidup kita selain bersemangat setiap hari?
Apakah tidak terlambat? Hehehe... Ibu akan terlambat kalau tidak memulai. Kalau sekarang memulai, ibu tidak pernah terlambat.
Percayalah, Bapak Ibu pasti bisa. Asal mau. Asal tekun.
Demikian ibu. Buku akan menjadi hadiah terbaik buat anak cucu kita.
Terima kasih ibu Aning yang baik hatinya. ππ
[20/7 20:36] Astutiana Solo: 7.Assalamulalaikum Pak Akbar. Sangat termotivasi sekali dengan 6langkah menulis TOJTRP. Pertanyaan saya,
Bagaimana cara merangkum tulisan resume menjadi buku yang menarik? karena resume saya sudah 20 lebih tapi masih ragu untuk memulainya.
Mohon berikan tipsnya pak. Supaya enak membukukan resume. Makasihh.
AAM NURHASANAH, LEBAK BANTEN
[20/7 20:40] +62 856-9703-5117: Terima kasih ibu Aam Nurhasanah.
Ibu mohon dilihat lagi urutannya.
Tentukan temanya, setelah itu dibuat outlinenya.
Kalau sudah dibuat outline, baru dilihat hasil resumenya, apakah ada yang masuk ke dalam outline buku atau tidak. Kalau ada yang masuk, tinggal dimasukkan ke dalam outline dengan berbagai penyesuaian.
Kalau tidak masuk, jangan dipaksakan. Nanti buat buku yang lain.
Ini berlaku juga bagi kita yang sudah punya banyak artikel. Mulainya bukan dari artikel-artikel itu, tetapi dari outline yang kita buat.
Kalau sudah ada outline, baru kita lihat apakah artikel-artikel itu ada yang bisa dimasukkan ke dalam outline. Kalau ada, kita revisi dan sesuaikan. Kalau tidak ada, kita jadikan cadangan untuk buku yang lain.
Untuk resume, silakan diteruskan.
Untuk mulai menulis buku, mulailah dari menentukan tema dan membuat outline. Hayu, segera dituliskan.
Demikian, terima kasih Ibu Aam.
[20/7 20:40] Astutiana Solo: 8.Assalamualaikum Wr Wb, Siti Nurbaya AZ, SMAN Karimun, Kepri .
Kemunngkinan apa yang membuat tulisan kita melenceng dari outline yang kita buat wsllm.
[20/7 20:43] +62 856-9703-5117: Waalaikum salam ibu Siti Nurbaya.
Kalau outline sudah kita buat, apakah boleh berubah? Boleh. Sepanjang tidak melenceng dari tema.
Biasanya dalam proses penulisan, memang ada penambahan atau pengurangan dari outline yang sudah ada. Tidak masalah, outline tidak kaku, fleksibel. Bisa ditambah atau dikurangi.
Yang paling penting adalah tidak melenceng dari tema.
Biasanya ada penambahan karena pada saat menulis kita punya ide-ide baru yang belum terpikir sebelumnya.
Demikian, terima kasih ibu Siti Nurbaya.
[20/7 20:43] Astutiana Solo: 9.Assalamu’alaaikum, Bu Kanjeng izin bertanya
Assalamu’alaaikum Bpk Akbar Zainudin , saya bu sri dari gel.12 mau bertanya :
Apakah selama menjadi penulis pemula pernah naskah Bapak ditolak penerbit ? Apakah dalam membuat tulisan itu wajar mengutip buku orang terus kita tulis di daftar pustakanya seperti buat skripsi gitu ? Terima kasih atas penjelasannya
[20/7 20:48] +62 856-9703-5117: Waalaikum salam ibu Kanjeng.
Apakah pernah naskah buku saya ditolak? Pernah.
Tidak apa-apa kalau naskahnya ditolak. Jangan sakit hati. Biasa saja. Jadikan evaluasi.
Revisi, evaluasi, lalu kirim lagi. Bisa ke penerbit awal atau ke penerbit lain.
Tugas kita itu menulis. Kalau naskah sudah jadi dan dikirim ke penerbit, biarkan saja naskah itu. Kita menulis lagi naskah buku berikutnya.
Kalau nanti jawaban dari penerbit adalah diterima, alhamdulillah. Kalau ditolak, kita perbaiki, dan kirim lagi.
Dan, kita juga punya naskah buku yang lain. Begitu seterusnya sehingga menulis itu akan terus menjadi kegiatan kita.
Untuk masalah kutipan, tidak masalah mengutip dari orang lain. Pengutipannya boleh seperti yang ada di skripsi.
Namun demikian, kutipan dari orang lain itu jangan banyak-banyak. Kira-kira 10% saja, paling kan hanya kutipan definisi. Selebihnya hasil pemikiran sendiri.
Kalau kutipan kita di atas 50%, lalu mana hasil pendapat kita? ππ
Demikian, terima kasih
[20/7 20:49] Astutiana Solo: 10 Bagaimanakah cara menemukan genre tulisan kita? Apakah cukup mengembangkan satu topik tulisan atau boleh nulis apa saja ?gimana sebaiknya?( Hani Bali)
[20/7 20:54] +62 856-9703-5117: Terima kasih ibu Hani.
Ibu bisa menulis berbagai genre untuk pertama kali. Nanti setelah beberapa tulisan, akan ada pilihan dan ketertarikan kita, tulisan dengan genre apa yang paling nyaman untuk kita tulis.
Menulis itu tentang kenyamanan dan kenikmatan. Menulis itu mesti kita nikmati agar bisa membahagiakan.
Kalau sudah ketemu di mana kita nyaman menulisnya, di situlah kita terus mengolah bidang yang kita senangi sehingga akan kita kuasai.
Ada beberapa orang yang memang menulis apa saja. Tetapi bagi saya, penting untuk menentukan "branding" diri kita di tema apa. Karena hal itu juga menentukan kompetensi kita.
Kompetensi seseorang akan diakui sesuai keahlian dan bidang yang digeluti. Semakin mendalam seseorang menekuni satu bidang tertentu, akan semakin kompeten.
Begitu juga dengan tema kita dalam menulis. Pertama kali, boleh di tema dan genre apa saja. Setelah itu tentukan.
Kan lucu juga kalau JK Rowling menulis buku motivasi.
Begitu ibu. Semoga menjawab.
Terima kasih. ππ
[20/7 20:55] Astutiana Solo: 11.Mohon ijin bu, sebelum nya saya disini bukan sebagai orang yang suka menulis tapi dilingkungan saya justru banyak teman saya yang senang sekali dalam dunia menulis saya sedikit demi sedikit mengamati, secara objektif saya melihat bahwa beberapa teman saya menulis dengan menjadikan lingkungannya(kehidupan sekolahnya) sebagai objek dari ceritanya.. pertanyaan saya apa kah ada batasan ide tertentu seorang penulis untuk menuangkannya ke dalam buku?
Oktavianus , Siswa Kelas 10 SMAN 1 Sampit
[20/7 20:59] +62 856-9703-5117: Terima kasih Oktavianus.
Menulislah sebebasmu. Jangan dibatasi. Apa saja.
Apalagi anak muda sekarang. Menulis dengan kreativitas sendiri yang berbeda dengan para pendahulu.
Tidak perlu dibatasi apa-apa. Menulislah sesukamu dengan penuh kegembiraan.
Yang tidak boleh:
1. Menghina orang lain.
2. SARA
3. Melanggar Aturan dan Undang-Undang.
Demikian.
[20/7 20:59] Astutiana Solo: 12.Terima kasih, Pak Akbar, karena telah sudi berbagi. Semua yang Bapak sampaikan tentang prinsip dan kiat menjadi seorang penulis sukses memang jarang saya bisa melaksanakannya. Sebaliknya, banyak kelemahan yang Bapak sampaikan, justru sering saya lakukanπ Tulisan saya terbengkalai separoh jadi. Saya punya naskah novel, cerpen, puisi, bahkan sebuah naskah yang berkisah kehidupan nyata seorang yatim yang akan saya kemas dalam kisah inspiratif, juga tak kunjung saya selesaikan. Saya sering kehilangan mood untuk menulis? Apa Bapak pernah mengalaminya dan bagaimana mengatasinya?
(HAMDANI - KEPRI)
[20/7 21:02] +62 856-9703-5117: Bapak Hamdani yang baik hatinya,
Bapak tidak sendiri. Banyak orang melakukan hal yang sama.
Yang penting sekarang Bapak mulai bisa mengatur ulang, membuat langkah baru, strategi baru, semangat baru, dan komitmen baru.
Mood itu Bapak Ibu yang atur kok. Bapak bisa buat jadwal menulis setiap hari, 15 menit saja. Bisa pagi, siang, sore atau malam. Lakukan dengan penuh disiplin.
Kalau kebiasaan baru ini sudah ada, saya yakin akan membantu kita untuk hidup lebih teratur. Kalau sudah teratur, tulisan itu pasti akan jadi. Sedikit demi sedikit, lama-lama akan menjadi banyak.
Mudah-mudahan kita bisa membangun komitmen baru setelah ini. Komitmen itulah yang akan mengelola mood tetap positif.
Demikain Pak. Sukses buat Bapak ya...
[20/7 21:03] Astutiana Solo: 13. Mohon ijin bertanya pak amir
Saya
Dwi Mulyanti dari SMKN 1 Kademangan Kab. Blitar Jawa Timur
Saya tertarik dengan menulis opini di sebuah surat kabar
Nah,yg saya tanyakan
Trik menulis opini dalam surat kbr itu seperti apa ya pak?supaya argumen atau opini kita tepat sasaran dan diterima
Terimakasih
[20/7 21:06] +62 856-9703-5117: Terima kasih Ibu Dwi.
Untuk menulis di surat kabar, faktor utama adalah kekinian. Opini mesti menyangkut hal-hal yang sedang menjadi bahan pembicaraan.
Selain itu, pemikiran dan tanggapan kita sebagai penulis juga harus menonjol.
Kan kalau opini itu kita memunculkan masalah. Kita analisis, dan kita berikan solusi atas permasalahan tersebut.
Mesti ada pemikiran yang jelas dari kita apa untuk menjawab permasalahan yang ada. Kalau tidak ada usulan kita dalam menanggapi masalah tersebut, bukan opini jadinya.
Demikian, mudah-mudahan bermanfaat. Di YouTube saya ada 2 video wawancara saya tentang bagaimana menulis di koran. Silakan dilihat di sana.
[20/7 21:07] Astutiana Solo: 14. Selamat Malam.Saya .Ni Ketut Suastiwi Guru TK Negeri Desa'Tusan Kecamatan Banjarangkan Klungkung Bali.
Terkait dengan petunjuk BAPAK di awal bahwasanya Menulis sebaiknya hanya 1 TEMA Terkait dgn BRANDING. Kebetulan saya suka menulis Lagu anak 2 khusus nya dan ada juga Lagu Penyuluhan ttg Program KB Keluarga Berencana.Tapi saya fokus ke Lagu PAUD.
Untuk mencoba BRANDING.. berarti..saya harus lebih banyak menulis ttg .5 W ..LAGU PAUD?? Mohon Petunjuk Bapak.Hatur Nuhun
[20/7 21:09] +62 856-9703-5117: Selamat malam Ibu Ketut Suastiwi,
Bagus sekali pertanyaannya.
Ibu berarti menulisnya tentang anak-anak. Lagu-lagu, pendidikan anak, parenting, pokoknya tentang anak-anak.
Tema tentang anak kan luas sekali. Jadi, branding ibu adalah pakar pendidikan anak.
Sudah, ibu boleh fokus saja di sana. Biar orang-orang juga mengenal ibu sebagai pemerhati dan pelaku pendidikan anak.
Demikian, Terima kasih. ππ
[20/7 21:10] Astutiana Solo: 15.Assalamualaikum wr wb... Sblmnya perkenalkan nama saya, Sunaryo, dri Berau, Gelb.11. Mhn ijin bertanya : Kiat2 (motivasi) apa saja yg bs menumbuhkan semangat kita utk ttap menulis, mengingat umur kita yg sdh tdk muda lg. Terimakasih
[20/7 21:12] +62 856-9703-5117: Terima kasih Bapak Sunaryo.
Agar terus punya motivasi kuat:
1. Bergabung dengan teman-teman penulis.
2. Ikut seminar dan pelatihan.
3. Baca buku-buku tentang menulis.
4. Upload hasil tulisan di Medsos dan Blog.
5. Kalau ada lomba, ikuti.
6. Punya target menerbitkan buku.
7. Buat Jadwal menulis setiap hari.
8. Punya mentor menulis.
Bapak Ibu silakan mau mulai dari yang mana. InsyaAllah semangat akan terus terjaga.
Demikian, terima kasih. ππ
[20/7 21:12] Astutiana Solo: Sahabat saya bu Tiwi guru hebat penggerak PKK juga dan.penulis puisi
[20/7 21:13] Astutiana Solo: 16.Bgaimana kiat dan trik bagi kita sebagai penulis pemula supaya tulisan yang tulis nanti bisa menjadi menarik dan enak dibaca bagi orang yang membaca ? Ika Elis Lumajang
[20/7 21:19] +62 856-9703-5117: Ibu Ika,
Pertama, berhenti terus mengucapkan bahwa kita adalah penulis pemula. Kan sebenarnya tidak pemula juga. Kita sudah melewati banyak tugas menulis saat kuliah, saat mengajar.
Kedua, yakin bahwa kita bisa. Keyakinan ini memegang peranan sangat penting saat kita menulis.
Ketiga, hilangkan semua ketakutan dan kekhawatiran. Takut buku ditolak, takut buku tidak dibaca orang, takut dicemooh, takut ditertawakan, dan sebagainya.
Hilangkan semua ketakutan dan kekhawatiran. Mulai saja.
Keempat, sebagai sebuah keterampilan, tulisan kita akan semakin berkualitas jika kita disiplin berlatih. Disiplin itu ibunya kualitas.
Kalau ingin menjadi penulis, tetapi tidak mau berdisiplin, keinginan itu tidak akan pernah terwujud.
Menulis itu lebih banyak mengenai SIKAP MENTAL dibandingkan dengan KETERAMPILAN. Bukan pinternya, tetapi mau atau tidak.
Menulis itu lebih banyak tentang KEMAUAN, TEKAD, DISIPLIN, PANTANG MENYERAH, dan TERUS BELAJAR. Tanpa itu semua, kita tidak akan pernah bisa menjadi penulis.
Demikian, Terima kasih ibu Ika.
[20/7 21:19] Astutiana Solo: 17. Assalamu'alaikum.Pak Akbar dan Bu Kanjeng, luar biasa sharing ilmunya. Bagaimana Bp memanagement waktu utk menulis agar bisa memenuhi schedule , mengingat kesibukan Bp sbg trainer juga. Terimakasih (Suprapti - SMP N 1 Ciater Subang- gel 14)
[20/7 21:24] +62 856-9703-5117: Terima kasih ibu Suprapti.
Pertanyaan bagus.
Kapan saya menulis? Biasanya saya menulis sekitar 1-2 jam setiap hari. Sebelum subuh dan sesudah subuh.
Sekitar jam 06.00 pagi saya sudah selesai menulis dan siap menjalankan aktivitas di kantor. Jadi, menulis itu tidak mengganggu aktivitas kantor.
Kuncinya, SETIAP HARI. Kalau tidak setiap hari, tidak bisa.
Bapak ibu bisa mulai dengan 15 menit SETIAP HARI. Bisa sebelum atau setelah subuh, atau sebelum tidur.
Mungkin bisa dikurangi yang masih suka nonton DRAKOR ππ, atau menghabiskan waktu berjam-jam memelototi WA dan Tiktok. Kurangi saja 15 menit, hidup kita akan menjadi lebih produktif.
Demikian, mudah-mudahan kita bisa mengelola hidup kita menjadi lebih baik.
Terima kasih.
[20/7 21:25] Astutiana Solo: Tak terasa waktu bergulir. Saya ikut berpacu mbaca pertanyaan dan jawaban yang memuaskan dari Pak Akbar. Sebagai moderator sekaligus juga penulis yang sudah gaek mendapat food supplement yang joss dari Pak Akbar. Insyaallah akan membuat saya istikamah dan bisa naik kelas
[20/7 21:29] +62 856-9703-5117: Saya berikan informasi menarik dulu ya. ππ
[20/7 21:29] +62 856-9703-5117: Penawaran Khusus Bagi Anda malam ini.
Buku _UKTUB: Panduan Lengkap Menulis Buku dalam 180 Hari_, diskon 30%, yang pesan malam ini. Pembayaran boleh besok.
Harga Rp 100.000, diskon 30%, jadi hanya Rp 70.000 plus ongkos kirim. Plus tanda tangan asli dan nama Anda. ππ
Yang beli buku, ada juga kejutan berikutnya, yang pastinya sayang untuk Anda lewatkan. Tentu tentang menulis dan menerbitkan buku. Anda tentu ingin tulisan Anda diterbitkan bukan?
Silakan hubungi Ibu Ikoh di 0857-1195-6118 sekarang juga.
[20/7 21:30] +62 856-9703-5117: Formatnya,
Pesan Buku UKTUB
Nama:
Alamat:
No HP:
Jumlah Eksemplar:
WA ke Ibu Ikoh di 0857-1195-6118
[20/7 21:31] +62 856-9703-5117: Selain itu, janji saya, saya akan berikan gratis eBook "386 Tanya Jawab tentang Menulis".
Caranya silakan dilihat di video di bawah ini.
[20/7 21:32] +62 856-9703-5117: Hadiah dari saya, eBook "386 Tanya Jawab tentang Menulis".
Link Video ini boleh dishare ke yang lain. Biar mereka ambil sendiri filenya langsung dari saya.
Salam,
Akbar Zainudin
https://youtu.be/kF-Qhfq2MO8
[20/7 21:36] +62 856-9703-5117: Bapak ibu sekalian,
Sebagai closing statement,
Menulis itu tentang latihan. Bukan bagaimana Anda tahu bagaimana menulis sebanyak-banyaknya, tetapi bagaimana Anda berlatih sebanyak-banyaknya.
Semakin banyak berlatih, tulisan kita akan semakin baik. Itu saja kuncinya.
Mulai dengan tekad dan niat yang kuat untuk memperbaiki nasib dan hidup kita, serta untuk bermanfaat bagi orang banyak.
Ikuti dengan membuat outline dan jadwal menulis, lalu konsisten menulis setiap hari.
InsyaAllah hidup dan nasib kita akan berubah.
Bismillah. Malam ini jadikan momentum kita naik kelas dan melesat lebih tinggi.
Mudah-mudahan bermanfaat. Mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Sekali lagi, terima kasih banyak Om Jay, Ibu Sri dan rekan-rekan sekalian yang luar biasa.
Kehormatan besar bisa berbagi dengan Bapak Ibu sekalian.
Sampai ketemu di lain kesempatan.
Salam Man Jadda Wajada,
Coach Akbar Zainudin
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
[20/7 21:41] Astutiana Solo: Usai sudah Bapak Ibu. Closing Statement yang melecut kita agar terus menulis dan menulis.saya pamit sejenak. Mohon maaf bila ada salah dalam mendampingi Narasumber malamini wassalamualaikum wr wb
[20/7 22:15] Astutiana Solo: Terima kasih, Pak Akbar, karena telah sudi berbagi. Semua yang Bapak sampaikan tentang prinsip dan kiat menjadi seorang penulis sukses memang jarang saya bisa melaksanakannya. Sebaliknya, banyak kelemahan yang Bapak sampaikan, justru sering saya lakukanπ Tulisan saya terbengkalai separoh jadi. Saya punya naskah novel, cerpen, puisi, bahkan sebuah naskah yang berkisah kehidupan nyata seorang yatim yang akan saya kemas dalam kisah inspiratif, juga tak kunjung saya selesaikan. Saya sering kehilangan mood untuk menulis? Apa Bapak pernah mengalaminya dan bagaimana mengatasinya?
(HAMDANI - KEPRI)